Lainnya

Kamis, 18 April 2013

Pupuk Kompos Humus



Prinsip 

Pupuk organik yang terfermentasi  mengandung nutrisi tanaman  yang lebih rendah dibandingkan dengan pupuk mineral/kimia, tetapi mempunyai kelebihan lain seperti mempunyai peran dalam memperbaiki kondisi tanah, baik secara fisik maupun mikrobiologis, yang sangat berpengaruh pada nutrisi tanaman.

 

Pupuk Kompos Humus

Fermentasi tersebut merupakan proses pengubahan bahan  limbah organik  secara konstan oleh aktivitas dari suatu suksesi berbagai jenis jasad renik, yang masing - masing memiliki kondisi tertentu dengan waktu yang relatif terbatas. Bahan berubah menjadi bahan seperti humus yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah. Jadi kompos merupakan produk hasil fermentasi bahan - bahan organik oleh sejumlah besar jasad renik dalam lingkungan yang hangat, basah dan berudara dengan hasil akhir berupa humus.
Faktor-faktor yang paling penting  dalam pembuatan kompos adalah perbandingan karbon-nitrogen, ukuran partikel bahan, macam/jenis campuran bahan, kelembaban, aerasi, suhu, macam dan kemampuan jasad renik yang terlibat, penggunaan inokulan, penambahan bahan fosfat dan destruksi dari jasad renik patogen. Ada dua aspek yang berhubungan dengan kesehatan dalam penggunaan limbah pertanian dan kotoran manusia. Pertama proses tersebut akan menyebabkan hilangnya sumber penularan penyakit dan kedua akan meningkatkan nutrisi apabila kembali ke tanah sebagai penyedia humus. 
Seperti diketahui kebutuhan lahan akan bahan organik  terus meningkat sejalan dengan menurunnya kesuburan tanah, rusaknya sifat-sifat fisik tanah, rendahnya daya ikat air hujan dan menurunnya persediaan bahan organik dalam tanah.  Lebih-lebih lagi adanya kenyataan bahwa penanaman pupuk hijau semakin langka dan semakin meningkatnya pemakaian pupuk buatan terutama lahan yang diusahakan secara intensif, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Selulosa adalah bahan organik alami yang jumlahnya kira-kira sepertiga dari seluruh bahan organik tumbuh-tumbuhan yang ada di dunia ini dan paling susah didegradasi. Bahan ini akan membentuk kira-kira 60 % dari seluruh bahan apabila di daur ulang. Kalau dibiarkan, bahan ini akan menimbulkan limbah dalam jumlah yang sangat besar. Untuk meningkatkan produktivitasnya perlu adanya usaha untuk mendaur ulang, salah satu caranya adalah dengan cara fermentasi bahan organik.
 Sejumlah jasad renik mampu merombak selulosa. Diketahui bahwa ada lebih kurang 2.000 bakteri dan 50 jenis jamur yang terkait dengan proses fermentasi tersebut. Jenis jamur mempunyai andil yang sangat penting dalam pemecahan selulosa dan dikelompokkan berdasarkan toleransinya terhadap suhu. Ada kelompok thermophilik ( 40oC ), mesophilik (20-400 C) dan ada juga yang termasuk dalam kelompok psychrophilik (di bawah 200C). Adanya jasad renik perombak selulosa berkaitan erat dengan keberadaan bahan selulosa di alam. Dengan demikian jasad renik perombak selulosa merupakan salah satu faktor keseimbangan di alam dan mempunyai kontribusi dalam kelanjutan kehidupan di bumi ini.
Seperti diketahui penambahan inokulan pada pembuatan kompos adalah bagian dari usaha untuk mempercepat proses fermentasi, karena sesungguhnya pada bahan material pembentuk humus sendiri sudah mengandung banyak jasad renik khususnya yang berperan dalam perombakan zat kimia lainnya.
Salah satu cara untuk mendapatkan bahan seperti humus secara tepat adalah dengan menggunakan aktivator yang berupa bahan yang mengandung nitrogen atau fosfor  atau juga berupa inokulan kapang unggul yang berperan memecah selulosa dalam proses pembuatan kompos, agar waktu pembuatan kompos lebih diperpendek.
Proses fermentasi itu sendiri harus berpegang pada sistem kerja bersama beberapa mikroba yang mempunyai sifat-sifat fisiologis yang beragam dalam suatu tatanan tertentu.
Mengingat keadaan seperti tersebut di atas, maka kompos-humus sebagai salah satu pupuk alam akan merupakan bahan substitusi yang penting terhadap pupuk  kandang dan pupuk hijau. Ditambah pula bahwa bahan - bahan organik untuk pembuatan kompos di lahan pertanian/perkebunan yang berupa jerami padi, pohon jagung, rumput-rumput kering, serabut kelapa,limbah pabrik kelapa sawit, penggilingan padi, eceng gondok dan sebagainya, cukup berlimpah dan belum banyak dimanfaatkan. Di samping limbah cair yang berasal dari kotoran ternak, pabrik tepung tapioka, pembuatan tahu, tempe dan sebagainya yang semestinya dapat digunakan sebagai bahan baku masih terbuang percuma. Demikian pula sampah kota yang sekarang menjadi masalah bagi pemerintah kota. Dengan demikian hasil fermentasi bahan-bahan organik diharapkan dapat diandalkan sebagai bahan penyubur di lahan pertanian maupun perkebunan atau dapat digunakan dalam usaha reklamasi lahan bekas galian tambang, atau penyubur di daerah rawa-rawa, peningkatan kadar pH di daerah lahan asam.
Seperti diketahui di daerah tropik kandungan bahan organik di dalam tanah diperkirakan hanya 1% saja. Di lahan yang ditanami, kandungan organik lahan tersebut makin lama makin berkurang karena terjadi biodegradasi secara terus menerus. Untuk mengatasinya paling tidak setahun sekali lahan tersebut perlu diberi tambahan bahan organik, seperti kompos.
Aktivitas mikrobiologis dalam tanah terjadi bukan saja oleh jasad renik yang tumbuh dan berkembang dalam kompos tetapi kehadirannya dapat menstimulir jasad renik yang telah ada dalam tanah. Pemberian kompos dapat menstimulir aktivitas amonifikasi, nitrifikasi, fiksasi nitrogen dan fosforilisasi, yang disebabkan oleh kerja berbagai jasad renik dalam tanah. Oleh karena itu pemberian kompos ke  dalam tanah akan meningkatkan produktivitas lahan secara permanen. Dan apabila para petani di lahan kritis dapat membuat dan menggunakananya sebagai bahan suplemen pupuk anorganik diharapkan produktivitas  lahan tersebut akan meningkat. Tentu saja penggunaan bahan limbah yang berlimpah sebagai bahan pembuatan kompos, akan mengurangi penggunaan pupuk anorganik oleh para petani setempat yang harganya relatif mahal.
Kompos humus sebagai penyedia unsur hara utama nutrien tanah (NPK) lengkap dan sebagai penyedia mikronutrien yang mengalami degradasi apabila lahan tersebut digarap secara intensif dengan sasaran produktifitas tinggi. Kompos yang berbentuk koloidal dalam tanah dan bermuatan negatif dikoagulasikan oleh kation dan partikel tanah sehingga berbentuk granular. Oleh karena itu kompos-humus dapat memperbaiki struktur, tekstur dan kelembutan tanah.
Kompos Humus yang telah jadi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar